Kabupaten Pasaman Barat

0

Posted on : 13:48 | By : new indonesia

PASAMAN Barat, jangan diidentikkan dengan Simpang Empat. Paling tidak, jangan menggambarkan potensi wilayah ini dari wajah ibu kotanya itu. Kesimpulan tadi didapat dari pernyataan beberapa orang yang tahu atau setidaknya pernah datang ke Simpang Empat, ibu kota Kabupaten Pasaman Barat. Saat bertanya kepada mereka tentang kota ini, jawaban yang terdengar umumnya negatif. "Kota mati" atau "Tidak ada apa-apa di sana", begitu di antaranya.

PERNYATAAN- pernyataan mengenai ibu kota kabupaten yang baru berpisah dari induknya, Kabupaten Pasaman, pada awal tahun 2004 itu memang tidak bisa disalahkan. Kesan yang mereka berikan mungkin didasarkan pada gambaran sekilas yang terlihat.

Di Simpang Empat yang terlihat hanya deretan pertokoan kecil yang tak seberapa jumlahnya serta pasar tradisional yang ramai hanya saat Minggu. Untuk mencari hiburan, secara umum Kabupaten Pasaman Barat memang tidak bisa diandalkan karena belum ada obyek wisata yang dikembangkan.

Maka, kesan-kesan di atas tadi wajar dikatakan oleh mereka yang melihat daerah ini dari "kulit luarnya" saja. Andai mereka mengenal kabupaten ini lebih dalam, mungkin jawabannya berbeda. Kalau saja mereka tahu bahwa tanah Pasaman Barat menyimpan potensi yang cukup besar untuk memakmurkan siapa saja yang hidup di atasnya.

Kesan yang ditampilkan ibu kota yang mengambil sebagian kecil wilayah tentu tidak bisa menggambarkan seluruh wajah kabupaten yang luasnya lebih dari 4.200 kilometer persegi ini.

Kesederhanaan yang mewarnai ibu kota kabupaten ini lebih dikarenakan usia yang dini, meski wilayah-wilayah yang kini masuk Kabupaten Pasaman Barat dulunya adalah kawasan andalan kabupaten induk. Kabupaten Pasaman dulu adalah kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang menjadi sentra kelapa sawit.

Penghasil utama komoditas bahan baku minyak goreng itu adalah kecamatan-kecamatan yang kini bergabung dengan Pasaman Barat. Sebut saja Kecamatan Pasaman, lokasi ibu kota berada, dan Kecamatan Lembah Melintang.

Luas areal perkebunan kelapa sawit seluruhnya kurang lebih 102.000 hektar, sekitar 77.000 hektar termasuk perkebunan inti dan plasma, sementara sisanya adalah perkebunan rakyat.

Dari 102.000 hektar kebun sawit di Pasaman Barat, 62 persennya berada di Kecamatan Pasaman, selebihnya ada di seluruh kecamatan dengan beberapa di antaranya yang cukup luas berada di Kecamatan Lembah Melintang, Kinali, dan Sungai Beremas.

Produksi kelapa sawit yang bisa dipanen hingga sebulan dua kali itu diolah menjadi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) oleh pabrik pengolahan kelapa sawit. Di Kabupaten Pasaman Barat terdapat 13 pabrik kelapa sawit, namun hanya lima di antaranya yang aktif dengan kapasitas produksi masing-masing pabrik 40 hingga 80 ton CPO per jam.

Produksi tandan buah segar kelapa sawit tahun 2002 sebanyak 854.000 ton lebih. Setelah diolah setengah jadi menjadi CPO, hasilnya dibawa ke Padang untuk diolah menjadi minyak goreng, sebagian dari itu juga diekspor ke Malaysia.

Pengangkutan CPO dan sumber daya alam Pasaman Barat lainnya secara massal melalui Pelabuhan alam Air Bangis di Kecamatan Sungai Beremas. Pelabuhan kecil itu menjadi satu-satunya pelabuhan andalan angkutan perairan wilayah ini.

Air Bangis yang belum bisa disinggahi kapal besar menyediakan angkutan penumpang dan barang yang menuju Pelabuhan Teluk Bayur di Padang dan daerah-daerah sekitar. Untuk ke depan, kabupaten yang memiliki perairan sepanjang kurang lebih 142 kilometer ini berencana mengembangkan Pelabuhan Air Bangis menjadi pelabuhan samudra yang bisa disinggahi kapal-kapal besar.

Selain transportasi air yang dilayani Pelabuhan Air Bangis, Pasaman Barat juga memiliki terminal angkutan darat. Dua jenis angkutan yang tersedia adalah angkutan pedesaan yang menggunakan mobil minibus dan antarkota/antarkabupaten dengan memakai bus-bus berukuran sedang.

Selain itu masih ada trayek antarprovinsi, yaitu bus menuju Kota Medan, Sumatera Utara, yang dilayani di terminal bus Ujung Gading, Kecamatan Koto Balingka. Meski sudah memiliki angkutan dalam kota, sayangnya tidak semua pelosok daerah dijangkau. Untuk itu tersedia ojek yang melayani penumpang hingga ke daerah-daerah pinggiran Pasaman Barat.

Meski transportasi di Pasaman Barat sendiri masih terbatas, wilayah ini sesungguhnya daerah yang ramai dilalui kendaraan dari wilayah-wilayah lain. Kabupaten ini masuk jalur pesisir barat Sumatera.

Letaknya yang di perbatasan Sumatera Barat dan Sumatera Utara membuat kabupaten ini memiliki arus transportasi yang cukup ramai setiap hari. Truk-truk bermuatan komoditas pertanian dan perkebunan dari Padang atau Sumatera bagian selatan menuju Sumatera Utara atau sebaliknya, setiap hari melintas di jalan-jalan utama Pasaman Barat sejak pagi hingga larut malam hari.

Sebagai daerah perlintasan, tak heran jika setiap malam selalu terlihat puluhan truk parkir di halaman satu-satunya penginapan terbaik di sini. Sopir-sopir truk tersebut umumnya berasal dari wilayah di luar Sumatera Barat, bahkan dari Jakarta, yang singgah untuk beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan kembali esok harinya.

Peluang menjadi daerah transit sepertinya kurang dilirik Pasaman Barat. Sarana dan prasarana yang hendak dilengkapi lebih bertujuan untuk mengembangkan sektor primer. Selain produsen kelapa sawit, tanah Pasaman Barat juga sangat cocok ditanami beragam tanaman pangan dan perkebunan lain.

Produk jagung pipilan wilayah ini dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh peternak di Sumatera Barat, juga Riau dan Jambi. Tanaman jagung yang ditanam di areal seluas kurang lebih 10.000 hektar, per hektarnya bisa menghasilkan 6-7 ton jagung pipilan.

Tanaman pangan lain yang juga menjadi unggulan daerah ini adalah cabe dan buah jeruk. Jeruk Pasaman yang banyak ditanam di Kecamatan Pasaman, Koto Balingka, Ranah Bantahan, dan Sungai Beremas bahkan merajai pasaran buah jeruk di Sumatera Barat.

Palupi P Astuti/Litbang Kompas

Share this :

  • Stumble upon
  • twitter